Friday, 4 July 2014

contoh makalah puisi dan pantun







 KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur senantiasa kami haturkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah berjudul Puisi dan Pantun ini tanpa hambatan yang berarti.
Makalah ini kami susun guna memenuhi persyaratan penilaian dalam mata perkuliahan Bahasa Indonesia yang diampu oleh ibu Ikha Listyarini selaku dosen pengampu mata perkuliahan Bahasa Indonesia di Universitas Semarang.
Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha sebaik-baiknya agar tidak terjadi kesalahan, namun apabila dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, kami mohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang budiman untuk kesempurnaan makalah kami yang selanjutnya.




                                                                                                          Semarang,  Juni 2014



                                                                                                                    Tim Penyusun










BAB I

PENDAHULUAN





A.    Latar belakang

Di dalam makalah ini kami membahas mengenai pantun, sebagaimana telah kita ketahui pantun termasuk karya sastra puisi lama.  Pantun sering kita dengar di mana saja, dalam percakapan, acara-acara penting, kegiatan sehari-sehari, bahkan sering kita di radio ada acara yang mengkhususkan untuk berpantun. Pantun kerap kali kita ketahui hanya sastra lisan semata, tetapi perlu diketahui bahwa pantun kini terdapat pantun tertulis, pantun yang ditulis, dikumpulkan, dan dipublikasikan secara luas, tetapi pantun juga harus dibacakan secara lisan agar terlihat nilai estetika yang terkandung di dalamnya.


B.    Rumusan Masalah
1.     Apa saja yang dimaksud puisi dan pantun?
2.     Apa yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pantun dan puisi?
3.     Apa saja jenis-jenis pantun yang telah berkembang?

C.    Tujuan
1.     Siswa dapat menjelaskan pengertian dan perbedaan puisi dengan pantun.
2.     Siswa dapat menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pantun dan puisi.
3.     Siswa dapat memahami jenis-jenis pantun yang telah berkembang saat-saat ini.

D.    Metode
Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan metode studi pustaka dari berbagai sumber buku yang sesuai dengan materi yang kami bahas.



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Puisi
Hampir dalam setiap bahasa daerah di Indonesia dikenal jenis karya sastra berbentuk puisi yang sudah mempunyai ikatan metric tertentu sehingga dapat dinyanyikan menurut pola lagu yang sudah dikenal baik dalam masyarakat. Karya-karya demikian penuh dengan keajaiban, kesaktian, nasihat, dan petuah ditulis dengan bahasa tinggi yang sering merupakan klise, sehingga sudah dikenal dan dihapal oleh para pengemarnya.
Puisi merupakan ekspresi pengalaman batin (jiwa) penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan sang pencipta, melalui media bahasa yang estetik yang secara padu dan utuh, dalam bentuk teks yang dinamakan puisi. M.Atar Semi mengutip beberapa pendapat ahli sastra tentang pengertian puisi: a) Willia Worsworth: poetry is the best word in the best order (puisi adalah kata-kata yang terbaik dalam sususan yang terbaik); b) Leight Hunt: poetry is imaginative passion (puisi adalah luapan perasaan yang imajinatif); c) Mathew Arnold: poetry is critism of life (puisi merupakan kritik kehidupan); d) Herbert Read: poetry is intuitive, imajinative, and synthetic (puisi bersifat intuitif, imajinatif, dan sintetik)
Di balik kata-katanya yang ekonomis, padat, dan oadu tersebut puisi berisi potret kehidupan manusia. Puisi menyuguhkan persoalan-persoalan kehidupan manusia juga manusia dalam hubungannya dengan alam, dan Tuhan sang pencipta. Masalah kehidupan yang disuguhkan penyair dalam puisinya tentu saja bukan sekedar refleksi realitas penafsiran, kehidupan, rasa simpati kepada kemanusiaan, renungan mengenai penderitaan manusia dan alam sekitar) melainkan juga enderung mengekspresikan hasil renungan penyair tentang dunia metafisis, gagasan-gagasan baru ataupun sesuatu yang belum terbayangkan dan terpikirkan oleh pembaca, sehingga puisi sering dianggap mengandung suatu misteri.
B.    Jenis Puisi
Jenis puisi dalam sastra Indonesia dikenal ada puisi lama (tradisional), puisi baru (modern), dan puisi kontemporer. Jenis puisi lama seperti: bidal, pantun, syair, gurindam, talibun, seloka, karmina (pantun kilat). Jenis puisi baru seperti: epik, balada, soneta, ode, elegy, epigram, satire, romanis, dan puisi-puisi berdasarkan jumlah baris seperti distikon, terzina, kuatern, kuint, sekstet, septima, stanza, soneta Pantun
Tradisi lisan di mana pun, merupakan asal muasal puisi modern. Bahkan cukup aman untuk mengatakan bahwa pada dasarnya puisi modern pun yang ditulis berdasarkan prinsip keberaksaraan, memiliki hubungan yang tak terpisahkan dengan prinsip kelisanan. Piranti puisi seperti rima, irama, pengulangan, aliterasi, asonansi, dan kesejajaran menunjukkan membuktikan bahwa puisi tulis dan cetak memang harus “dilisankan” untuk mendapatkan keindahan dan maknanya meskipun tentu kita tidak perlu melisankan secara keras, tetapi cukup dalam pikiran kita. Dalam perkembangan puisi kita pengembangan berbagai jenis tradisi lisan itu masih nampak sampai sekarang, seperti yang tampak dalam penggunaan bentuk-bentuk pantun dan mantra. Pantun dan mantra merupakan bentuk tradisi lisan kita yang boleh dikatakan “asli”, meskipun istilah itu bisa saja dimasalahkan.
C.    Pantun
Pantun merupakan satu di antara sekian banyak genre kesusastraan yang lahir dan berkembang di nusantara. Pada mulanya, istilah pantun ini berasal dari bahasa Minangkabau “patuntun” yang berarti penuntun. Namun ternyata, istilah pantun ini pun dikenal juga di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, Batak, dan Melayu.
Dalam masyarakat Jawa, pantun dikenal dengan istilah “parikan.” Dalam masyarakat Sunda dikenal dengan sebutan “paparikan”. Sementara masyarakat Batak mengenal pantun dengan istilah “umpasa” (dibaca uppasa). Masih tentang pantun, dalam bahasa Melayu, pantun dikenal dengan istilah “quatrain”.
Pantun adalah sebuah karya sastra lama yang terikat oleh aturan jumlah bait, baris, dan rima akhir. Pantun digunakan untuk mencurahkan isi hati seseorang.

D.    Ciri-Ciri Pantun
1.     Satu bait terdiri dari 4 baris atau larik
2.     Tiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
3.     Baris kesatu dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi atau maksud, dan

4.     Rima atau sajak akhir a – b – a – b
Surabaya berupa-rupa
Sapu tangan jatuh di lumpur
Hendak lupa tak dapat lupa
Lupa sebentar di waktu tidur
Kapal belayar dari Belawan
Berlabuh tentang Pulau Tujuh
Kalau terkenang kepada tuan
Hati di dalam hancur luluh
Dalam pantun selalu ada dua dimensi yaitu pertama yang disebut sampiran. Konvensi mengatakan bahwa tidak ada yang sungguh-sungguh dengan sampiran. Sampiran semata-mata diciptakan sebagai pengantar menuju isi yang sebenarnya dalam dua larik berikutnya. Bila kita berpedoman pada Kamus Besar Bahasa Indonesia hal yang sama ditegaskan lagi di sana ketika tentang sampiran dikatakannya sebagai berikut: “Paruh pertama pada pantun, yaitu baris kesatu dan kedua berupa kalimat-kalimat yang biasanya hanya merupakan persediaan bunyi kata untuk disamakan dengan bunyi kata pada isi pantun (biasanya kalimat-kalimat pada sampiran tak ada hubungan makna dengan kalimat-kalimat pada bagian isi)”.
E.     Macam-macam pantun
Pantun banyak macamnya, pantun nasihat, orang tua, anak-anak, bahkan muda-mudi. Isi dari pantun menerangkan maksud dan tujuan kepada si pendengar. Di bawah ini beberapa contoh pantun:

1.     Pantun Anak-Anak
Contoh :
Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang


2.     Pantun Orang Muda
Contoh :
Ikan duyung di laut biru
Ikan impian dalam kenangan
Ada kabar adinda rindu
Lewat laut pun kanda berenang

3.     Pantun Orang Tua
Contoh :
Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

4.     Pantun Jenaka
Contoh :
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga

5.     Pantun Teka-Teki
Contoh :
Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki

6.     Pantun Agama
Naik becak di hari minggu
Sembahyang di mesjid hari jumat
Manusia pasti bersatu
Kalau Tuhan memberi rahmat

0 komentar:

Post a Comment